Life or die 8:25 PM

I find myself looking into the eyes of a person…

But where am I? I feel the hard ground beneath me. I turn my head to the side and feel this throbbing pain that’s goes threw my body. I look back to the person above me. He has this worried look on his face. He looks familiar. But where do I recognize this person? I can see his mouth moving but there’s no sound coming out. Am I deaf? Or is this just a dream? On his right I see a vehicle. I tell myself I need to get up. I feel a helping hand on my shoulder, helping me stand up.

I suddenly start to sense my surroundings, and I can hear the noises around me. I look around and see people with there faces full of worry, cars slowing down to see what’s going on, children crying, and many more. I turn to look in the direction that the demon came towards me. But it’s not there. Am I dreaming things? Was it really coming? Am I insane?

I look at the person on my right, helping me stand. I do know him. He is the cute mechanic that was fixing my car last week and goes to the same school as me. But why is he so worried? I ask him what’s wrong. He looks at me and tells me that he was worried of me and that he doesn’t ever want to lose me. I look at him with surprised eyes. Did he just say that he loves me? How long did he? Why have I never noticed it?

I look at him and smile. I give him a kiss. I tell him to not be worried, everything is fine. I take his hand and walk away.

Away into a never ending future.

LOVE ME??? 8:16 PM

Love me.
Tell me I’m beautiful.

I don’t hear their voices in it.
I believe it from you.

What did you do
to stop me hating this mirror?

I am shedding a rotten skin.
Closing a door behind me, no going back.

It clings to me. It refuses to let go.
Tear it away.

My greatest fear is losing this,
and I will hang onto it until there is nothing left in me.

Love me.
Possess me.
Flaunt me.
Expose me.
Scare me.
Destroy me.

I dare you.

Destroy me.

I will love
every
second.

Penjara Bukit Duri, 20-V-1948 1:50 AM

Adikku yang baik!

"Suratmu itu tak menyenangkan hatiku...

"Keadaan di penjara bertambah menyedihkan...

"Aku belum lagi menulis surat untuk Rohana...

"Aku tambah heran pada kedunguanmu. Mengapa engkau bilang bahwa orang yang menyanyi itu jadi umpan neraka? Adakah terpikir olehmu, bahwa Tuhan itu membuat manusia ini hanya untuk disiksa bila tak menyenangkan hatinya? Kalau begitu Tuhanmu itu lebih kejam daripada militer Jepang atau Belanda. Bagaimanakah mingkin engkau masih berpikir begitu rendah. Kalau benar begitu, alangkah kejamnya Tuhanmu itu. Alangkah kejam. Manusia yang tak punya perlindungan di dunia ini masih diburu-buru juga di akhirat. Jadi masukkah dalam akalmu, bahwa Tuhanmu itu sama saja dengan kepala Kenpei Jepang? Kenpei yang menangkapi orang yang salah dan tidak salah, kemudian dipukuli kemudian dibunuh? Jangan marah, begitulah pikiran dan keyakinanku. Dan lagi ,adikku, orang yang mempercakapkan Tuhan itu sama halnya dengan tukang bumbu di pasar yang mempercakapkan rahasia bom atom. Pasti saja yang bicara dan yang mendengarkannya sama-sama tidak tahu, sebab siapakah diantara manusia ini kenal dan tahu padanya? dan sekiranya neraka itu ada, biarlah di neraka saja aku dilemparkan supaya Tuhanmu itu akan bersenang hati bisa menyiksa daku.

"Adikku, kalau dipikirkan betul, semua orang dan isi bumi ini harus masuk neraka. Juga orang-orang pabrik dan pekerja, buruh dan pegawai yang bekerja pada pemerintah yang menjajah, sebab dia menjadi alat penindas dan lebih berdosa daripada orang menyanyi. Juga anak-anak dari mereka yang bekerja pada pemerintah penjajahan-semua itu akan masuk neraka belaka. Dan aku yakin, neraka Tuhanmu itu akan penuh sesak oleh hambanya sendiri yang begitu banyak itu. Juga kuli-kuli yang membuat jalan untuk menggampangkan pengangkutan serdadu-serdadu penjajahan. Mereka itu pun harus dimasukkan dalam neraka. Malah pengemis-pengemis pun harus masuk ke dalam neraka, karena mereka hanya menyusahkan orang saja kerjanya. Belum penuh juakah neraka itu? Dan engkau sendiri pun harus dimasukkan kedalam neraka karena engkau bekerja pada pemerintah penjajahan.

Fatimahku!

"Jangan engkau mencoba mengertikan sesuatu yang takkan terertikan oleh pikiran manusia. Hanya yang harus engkau ketahui ialah, bahwa Tuhan itu adalah tempatnya kasih, kebenaran, kesucian, cinta, dan kebaikan. Ia tak membuat neraka. Begitulah, adikku.

"Keadaan baik. Denganmu begitu pula hendaknya.

"Hari ini aku manantikan suratmu.

"Sekian dahulu.

Kakakmu selalu:
Sarpin Danuasmara

(Pramoedya Ananta Toer, Mereka yang Dilumpuhkan, hlmn:395)


PELUK AKU, CIUM AKU 4:57 PM

- Peluk aku, cium aku.
+ Untuk apa?
- Bukti kebahagiaan kita.
+ Sial. Enak saja!
- Tolonglah. Jika tidak, aku akan mati.
+ Matilah!
- Kau mengutukku?
+ Emangnya kenapa?
- Karena sesungguhnya aku mencintaimu.
+ Gombal.
- Jangan keraskan hatimu. Sungguh aku mencintaimu sebagaimana hujan menyirami bumi.
+ Ah, cinta. Apa itu?
- Cinta, setetes air di tanah tandus.
+ O, ya? Rasa apa? Rasa stroberi, rasa jambu, rasa terasi.
- Percayalah dengan cinta.
+ Bukankah cinta juga segelas anggur yang memabukkan? Atau, donat yang disukai banyak orang
- Mungkin ya, mungkin tidak.
+ Jika demikian, jangan katakan cinta padaku.
- Kenapa? Aku benar-benar mencintaimu.
+ Tolong, buang jauh-jauh cintamu itu. Atau, berikan pada orang yang membutuhkannya. Aku tidak butuh.
- Semua orang butuh cinta. Setiap yang bernyawa, terutama yang memiliki perasaan membutuhkan cinta. Burung membutuhkan perpaduan cinta dahan. Bunga membutuhkan sentuhan cinta kupu-kupu. Sungai membutuhkan dekapan cinta bebatuan. Daun membutuhkan bisikan cinta angin. Dan kita membutuhkan cinta sesama. Setulus cintaku padamu. Apa itu dosa?
+ Bagus. Bukan berarti kau boleh mencintaiku, apalagi mencumbuku.
- Jika tidak boleh mencintaimu, lebih baik aku mati.
+ Kau berani?
- Kenapa tidak?
+ Coba saja.
- Baiklah. Akan ku buktikan betapa besar cintaku padamu.
+ Apa yang akan kau lakukan?
- Aku akan bunuh diri.
+ Oya? Senekat itukah cinta?
- O, lebih edan lagi. Cinta itu memberi, bukan menerima.
+ Maksudmu, cinta itu pengorbanan?
- Ya. Cinta itu butuh pengorbanan. Seperti lilin merelakan dirinya binasa untuk kehangatan pihak lain. Atau, seperti nabi yang mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat.
+ Amboi, indah sekali. Namun rasanya mustahil!
- Tiada yang mustahil. Dengan cinta, semua dapat diraih. Apapun bisa terjadi dengan cinta. Itulah kekuatan cinta. Maka, dengarkan senantiasa kekuatan cinta.
+ Benarkah? Apakah itu bukan dongeng mimpi?
- O, tidak. Cinta sejati siap mengorbankan dirinya bagi kebahagian kekasihnya.
+ Jadi, kau mau berkorban untukku?
- Tentu. Apapun akan kulakukan untukmu.
+ Sungguh?
- Demi langit dan bumi.
+ Bagus, Daripada kau bunuh diri, lebih baik giatlah bekerja. Bukan pengangguran seperti ini. Bangunlah istana. Lengkap dengan selusin body guard dan pembantu. Lima mobil mewah tersedia untukku. Dan jemputlah aku dengan helikopter pribadi. Nah, saat itulah kamu pantas melamarku, dan membisikkan sekarung cinta gombalmu!
- Alamak. Mati aku!

Bogor, 2001

(Maroeli Simbolon, 2004, Sepasang Luka Cinta, hal:26-28)