Penjara Bukit Duri, 20-V-1948 1:50 AM

Adikku yang baik!

"Suratmu itu tak menyenangkan hatiku...

"Keadaan di penjara bertambah menyedihkan...

"Aku belum lagi menulis surat untuk Rohana...

"Aku tambah heran pada kedunguanmu. Mengapa engkau bilang bahwa orang yang menyanyi itu jadi umpan neraka? Adakah terpikir olehmu, bahwa Tuhan itu membuat manusia ini hanya untuk disiksa bila tak menyenangkan hatinya? Kalau begitu Tuhanmu itu lebih kejam daripada militer Jepang atau Belanda. Bagaimanakah mingkin engkau masih berpikir begitu rendah. Kalau benar begitu, alangkah kejamnya Tuhanmu itu. Alangkah kejam. Manusia yang tak punya perlindungan di dunia ini masih diburu-buru juga di akhirat. Jadi masukkah dalam akalmu, bahwa Tuhanmu itu sama saja dengan kepala Kenpei Jepang? Kenpei yang menangkapi orang yang salah dan tidak salah, kemudian dipukuli kemudian dibunuh? Jangan marah, begitulah pikiran dan keyakinanku. Dan lagi ,adikku, orang yang mempercakapkan Tuhan itu sama halnya dengan tukang bumbu di pasar yang mempercakapkan rahasia bom atom. Pasti saja yang bicara dan yang mendengarkannya sama-sama tidak tahu, sebab siapakah diantara manusia ini kenal dan tahu padanya? dan sekiranya neraka itu ada, biarlah di neraka saja aku dilemparkan supaya Tuhanmu itu akan bersenang hati bisa menyiksa daku.

"Adikku, kalau dipikirkan betul, semua orang dan isi bumi ini harus masuk neraka. Juga orang-orang pabrik dan pekerja, buruh dan pegawai yang bekerja pada pemerintah yang menjajah, sebab dia menjadi alat penindas dan lebih berdosa daripada orang menyanyi. Juga anak-anak dari mereka yang bekerja pada pemerintah penjajahan-semua itu akan masuk neraka belaka. Dan aku yakin, neraka Tuhanmu itu akan penuh sesak oleh hambanya sendiri yang begitu banyak itu. Juga kuli-kuli yang membuat jalan untuk menggampangkan pengangkutan serdadu-serdadu penjajahan. Mereka itu pun harus dimasukkan dalam neraka. Malah pengemis-pengemis pun harus masuk ke dalam neraka, karena mereka hanya menyusahkan orang saja kerjanya. Belum penuh juakah neraka itu? Dan engkau sendiri pun harus dimasukkan kedalam neraka karena engkau bekerja pada pemerintah penjajahan.

Fatimahku!

"Jangan engkau mencoba mengertikan sesuatu yang takkan terertikan oleh pikiran manusia. Hanya yang harus engkau ketahui ialah, bahwa Tuhan itu adalah tempatnya kasih, kebenaran, kesucian, cinta, dan kebaikan. Ia tak membuat neraka. Begitulah, adikku.

"Keadaan baik. Denganmu begitu pula hendaknya.

"Hari ini aku manantikan suratmu.

"Sekian dahulu.

Kakakmu selalu:
Sarpin Danuasmara

(Pramoedya Ananta Toer, Mereka yang Dilumpuhkan, hlmn:395)


0 komentar:

Post a Comment